Bilal
bin Rab’ah (بلال بن رباح) adalah
seorang Muadzin pertama yang mengumandangkan adzan yang dipilih langsung
oleh Rasulullah SAW. Ia adalah hamba yang disiksa oleh tuannya dengan batu yang
telah dipanaskan untuk memurtadkannya dari agamanya, tapi ia berkata:
"Ahad, ahad (Allah Yang Esa)".
"Ahad, ahad (Allah Yang Esa)".
Ia hidup sebagai hamba
sahaya, hari-harinya berlalu tanpa beda dan buruk. Ia tidak punya hak pada hari
ini dan tidak punya harapan pada esok hari. Sering kali ia mendengar tuannya,
Umayyah bin Khalaf, berbicara bersama teman-temannya pada suatu waktu dan para
anggota kabilah di waktu lain tentang Rasulullah SAW dengan
pembicaraan yang meluapkan amarah dan kedengkian yang sangat.
Pada suatu hari Bilal
bin Rabah mengetahui cahaya Allah, lalu ia pergi menemui Rasulullah dan
mengikrarkan keislamannya. Setelah itu ia menghadapi berbagai macam penyiksaan,
tetapi ia tetap sabar dan tegar bagai gunung. Ia diletakkan dalam keadaan
telanjang diatas bara api. Mereka membawanya keluar pada siang hari ke padang
pasir dan mencampakkannya diatas pasir-pasir yang panas dalam keadaan tak
berbaju. Kemudian mereka membawa batu yang telah dipanaskan yang diangkat dari
tempatnya oleh sejumlah orang dan meletakkannya diatas tubuh dan dadanya. Siksa
demi siksa, berulang-ulang dialaminya setiap hari, tetap ia sabar dan tegar.
Hati sebagian penyiksanya menjadi lunak seraya berkata:
"Sebutlah Lata dan
Uzza dengan baik".
Mereka menyuruhnya supaya memohon kepadanya tapi Bilal menolak untuk mengucapkannya dan sebagai penggantinya ia mengucapkan senandung abadinya,
Mereka menyuruhnya supaya memohon kepadanya tapi Bilal menolak untuk mengucapkannya dan sebagai penggantinya ia mengucapkan senandung abadinya,
"Ahad, ahad".
Abu Bakar
Ash-Shidiq RA datang pada saat mereka menyiksanya dan meneriaki mereka dengan
ucapan:
"Apakah kalian membunuh seseorang
karena berucap, 'Rabbku adalah Allah?",
Abu Bakar
meminta kepada mereka untuk menjualnya kepadanya. Umayyah memang berkeinginan
untuk menjualnya. Akhirnya Abu Bakar RA membelinya dengan harga berlipat ganda
dari Umayyah. Setelah itu ia membebaskannya dan Bilal mulai menjalani
kehidupannya ditengah orang-orang merdeka, para sahabat yang taat lagi
berbakti. Ketika Abu Bakar memegang tangan Bilal untuk membawanya, maka Umayyah
berkata kepadanya:
"Ambillah!
Demi Lata dan Uzza, seandainya kamu menolak kecuali membelinya dengan 1 uqiyah,
niscaya aku menjualnya kepadamu dengan harga itu".
Abu Bakar menjawab:
Abu Bakar menjawab:
"Demi Allah,
seandainya kamu menolak kecuali seharga 100 uqiyah, niscaya aku
membayarnya".
Setelah Rasulullah hijrah
ke Madinah, Rasulullah mensyariatkan adzan untuk shalat dan pilihan
jatuh pada Bilal sebagai Muadzin pertama untuk shalat, ini pilihan Rasulullah.
Bilal pun melantunkan suaranya yang menyejukkan dan menggembirakan, yang
memenuhi hati dengan iman dan pendengaran dengan keindahan. Ia menyeru:
"Allahu, Allahu
Akbar...." dan seterusnya.
Ketika datang perang
Badar dan Allah menyampaikan urusannya, Umayyah keluar untuk
berperang dan ia jatuh tersungkur dalam keadaan mati di tangan Bilal.
Pemimpin kekafiran mati
tertusuk oleh pedang-pedang Islam sebagai balasan buat Bilal yang
berteriak setelah terbunuhnya, "Ahad, ahad". Hari terus berlalu,
Mekkah ditaklukkan dan Rasulullahmasuk Mekkah dengan ditemani Bilal.
Kebenaran telah datang dan kebatilan telah sirna. Bilal mengikuti semua
perperangan bersama Rasulullah dan mengumandangkan adzan untuk
shalat. Ia terus menjaga syiar agama yang agung ini. Sampai-sampai Rasul
SAW menyifatinya sebagai "Seorang pria ahli surga" dan Rasulullah berpulang
ke rahmat Allah dalam keadaan ridho lagi diridhoi. Sepeninggal
beliau, sahabatnya dan khalifahnya, Abu Bakar RA bangkit memimpin urusan kaum
muslimin. Bilal pergi menemui Abu Bakar RA seraya berkata kepadanya:
Wahai khalifah Rasulullah, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
Wahai khalifah Rasulullah, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
'Amalan mukmin yang paling utama ialah berjihad di
jalan Allah'.
Abu Bakar bertanya kepadanya:
"Apakah yang engkau kehendaki, wahai Bilal?"
Ia menjawab:
"Aku ingin murabathah (siap siaga berperang) di jalan Allah hingga aku mati".
Abu Bakar bertanya:
"Lantas siapa yang mengumandangkan adzan untuk kami?"
Bilal berkata, sementara kedua matanya mengalirkan air mata:
"Sesungguhnya aku tidak mengumandangkan adzan untuk seorang pun sepeninggal Rasulullah".
Abu Bakar berkata:
"Tetaplah mengumandangkan adzan untuk kami, wahai Bilal".
Bilal berkata:
"Jika engkau memerdekakan aku agar aku menjadi milikmu, lakukan apa yang engkau suka. Jika engkau memerdekakan aku karena Allah, biarkanlah aku berikut pembebasan yang kau berikan kepadaku".
Abu Bakar berkata:
"Aku memerdekakanmu karena Allah, ya Bilal".
"Apakah yang engkau kehendaki, wahai Bilal?"
Ia menjawab:
"Aku ingin murabathah (siap siaga berperang) di jalan Allah hingga aku mati".
Abu Bakar bertanya:
"Lantas siapa yang mengumandangkan adzan untuk kami?"
Bilal berkata, sementara kedua matanya mengalirkan air mata:
"Sesungguhnya aku tidak mengumandangkan adzan untuk seorang pun sepeninggal Rasulullah".
Abu Bakar berkata:
"Tetaplah mengumandangkan adzan untuk kami, wahai Bilal".
Bilal berkata:
"Jika engkau memerdekakan aku agar aku menjadi milikmu, lakukan apa yang engkau suka. Jika engkau memerdekakan aku karena Allah, biarkanlah aku berikut pembebasan yang kau berikan kepadaku".
Abu Bakar berkata:
"Aku memerdekakanmu karena Allah, ya Bilal".
Bilal kemudian
melakukan perjalanan ke Syam yang disana ia terus menjadi mujahid dan selalu
siap sedia untuk berjihad. Konon, ia berkali-kali datang ke Madinah dari waktu
ke waktu tetapi ia tidak mampu mengumandangkan adzan. Hal itu karena setiap
kali hendak mengucapkan:
Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)",
kenangan-kenangan masa lalu menahan dirinya, lalu suaranya tersembunyi dikerongkongannya dan sebagai gantinya air matanyalah yang meneriakkan kata-katanya itu.
Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)",
kenangan-kenangan masa lalu menahan dirinya, lalu suaranya tersembunyi dikerongkongannya dan sebagai gantinya air matanyalah yang meneriakkan kata-katanya itu.
Akhir adzan yang
dikumandangkannya ialah pada saat khalifah Al-Faruq Umar bin Khattab RA
mengunjungi Syam. Kaum muslimin meminta khalifah membawa Bilal agar
mengumandangkan adzan untuk shalat mereka. Amirul Mukminin memanggil Bilal,
sementara waktu shalat telah tiba. Umar berharap kepadanya agar mengumandangkan
adzan untuk shalat. Bilal pun naik dan mengumandangkan adzan, maka menangislah
para sahabat yang pernah bertemu Rasulullahketika Bilal mengumandangkan
adzan untuk beliau. Mereka menangis seakan-akan mereka tidak pernah menangis
sebelumnya, selamanya.
Bilal meninggal di Syam
dalam keadaan bersiap siaga di jalan Allah, sebagaimana yang dikehendakinya.
Semoga Allah meridhoinya dan menjadikan ridho kepadaNya.
Semoga dengan kisah
Bilal bin Rab’ah dapat meningkatkan iman kita kepada Allah SWT dan meningkatkan
kecintaan kita kepada Rasulullah SAW. Aamiin:) sumber : http://kisahkisahislamiah.blogspot.com
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon